Ketika Pembagian Jadi Perang Dingin! Curhat Ayah Bunda Mendampingi Anak Kelas 2 SD

Siapa di sini yang merasa momen mendampingi anak belajar matematika, khususnya pembagian, itu rasanya seperti mau perang?

Apalagi kalau si kecil masih duduk di bangku kelas 2 SD, pas usia aktif-aktifnya. Duh, kadang bikin kepala pusing tujuh keliling , Benar bukan?

Pembagian itu memang konsep baru yang cukup menantang bagi anak-anak di usia ini. Mereka baru saja akrab dengan perkalian, eh, sudah disuruh “membagi” sesuatu.

Nah, di sinilah drama sering dimulai. Banyak orang tua yang curhat, proses belajar pembagian ini justru jadi ajang adu kesabaran dan emosi.

Lihat Aplikasi Dasar Pembagian

Ayah: Antara Logika dan Ketidaksabaran

Ayah-ayah, mari merapat! Seringkali, para ayah yang terbiasa berpikir logis dan efisien di tempat kerja, menghadapi tantangan besar saat mengajar pembagian.

1. Langsung “To The Point” Nggak Mempan

Ayah mungkin langsung menjelaskan, “12÷3=4 karena 3×4=12.” Padahal, anak kelas 2 SD itu masih butuh visualisasi konkret.
Coba deh, pakai permen, kelereng, atau gambar. Kalau cuma angka, anak bisa bengong dan ayah jadi frustrasi, “Kok nggak ngerti-ngerti sih?”

2. Maunya Cepat, Anak Malah Lambat

Setelah seharian bekerja, ayah mungkin ingin sesi belajar cepat selesai.
Tapi, pembagian butuh proses dan pengulangan. Kalau anak lambat memahami atau sering salah, kesabaran ayah bisa menipis. Alhasil, nada suara meninggi atau ayah malah membantu (bahkan mengerjakan) soalnya biar cepat beres. Hayoo, siapa yang begini?

3. Fokus ke Hasil, Bukan Proses

Ayah sering punya target jelas: anak harus bisa jawab soal. Tekanan ini bisa bikin suasana belajar tegang. Anak jadi takut salah, padahal kesalahan itu bagian dari belajar. Ingat, yang penting anak paham konsepnya, bukan cuma hafal jawabannya.

Bunda: Multitasking, Emosi, dan Rasa Bersalah

Nah, giliran Bunda. Peran ganda Bunda seringkali jadi bumerang saat mendampingi anak belajar pembagian.

1. Energi Terkuras, Emosi Terpancing

Bunda seringkali multitasking: masak, beres-beres, sambil sesekali melirik PR anak.
Saat anak kesulitan memahami pembagian, energi Bunda yang sudah terkuras bisa membuat emosi mudah terpancing. Sedikit saja anak rewel, Bunda bisa ikut kesal atau malah jadi lelah sendiri.

2. Ikut Baper Saat Anak Nangis

Pembagian itu kadang bikin anak pusing, terus nangis atau ngambek.
Bunda yang punya empati tinggi seringkali ikut “baper” melihat anaknya kesulitan.
Alih-alih tetap tenang membimbing, Bunda malah ikut sedih atau akhirnya menyerah, “Sudah deh, nanti saja dilanjut.”

3. Tekanan Sosial dan Rasa Bersalah

Sering lihat di grup WA sekolah kalau anak teman sudah lancar pembagian?
Nah, ini bisa jadi pemicu rasa bersalah pada Bunda. “Kok anakku masih begini ya?” Perbandingan ini bisa membuat Bunda merasa kurang mampu atau tertekan untuk mencari solusi instan, bahkan sampai over-helping.

4. Terlalu Banyak Membantu

Karena tidak tega melihat anak kesulitan atau ingin cepat selesai,
Bunda seringkali tanpa sadar terlalu banyak membantu. Akhirnya, anak jadi tidak mandiri dan tidak terbiasa berpikir sendiri untuk menyelesaikan soal pembagian.

Karena tidak tega melihat anak kesulitan atau ingin cepat selesai,
Bunda seringkali tanpa sadar terlalu banyak membantu. Akhirnya, anak jadi tidak mandiri dan tidak terbiasa berpikir sendiri untuk menyelesaikan soal pembagian.

Dampaknya ke Si Kecil dan Suasana Rumah

Semua “perang dingin” ini tentu ada dampaknya. Anak bisa jadi:

Semua “perang dingin” ini tentu ada dampaknya. Anak bisa jadi:

  • Takut sama matematika.
  • Benci momen belajar.
  • Kehilangan kepercayaan diri.
  • Hubungan dengan orang tua jadi tegang.

Solusi Simpel untuk Ayah Bunda Hebat!

Jangan khawatir! Ada beberapa tips sederhana agar “perang dingin” ini bisa jadi “damai”:

  1. Pakai Benda Konkret:
    Jelaskan pembagian dengan permen, kue, atau mainan. Biarkan anak membagi sendiri.

    Anak usia SD, apalagi kelas 2, masih sangat mengandalkan indra dan pengalaman langsung. Konsep pembagian akan jauh lebih mudah dipahami jika divisualisasikan dengan benda nyata.

    Misalnya, ambil 12 buah permen, lalu minta anak membaginya rata kepada 3 boneka. Biarkan mereka yang menghitung berapa permen yang didapat masing-masing boneka.

    Atau, gunakan potongan kue, buah-buahan, atau bahkan mainan kecil. Dengan begitu, mereka tidak hanya menghafal angka, tapi benar-benar merasakan proses “membagi” itu sendiri. Ini akan menanamkan pemahaman konsep yang kuat.
  2. Manfaatkan Kegemaran Anak: Jika pada eranya sang anak susah lepas dari gadget, manfaatkan dengan pembelajaran melalui smartphone.

    Di era digital ini, anak-anak memang sulit dipisahkan dari smartphone atau tablet.

    Nah, daripada melarang total, yuk kita manfaatkan! Cari aplikasi edukasi matematika yang interaktif dan khusus mengajarkan konsep pembagian dengan cara yang menyenangkan. Seperti Aplikasi Sederhana ini

    Buka Aplikasi Sederhana

  3. Sabar Itu Kunci: Ingat, anak butuh waktu. Rayakan setiap kemajuan kecil, bukan cuma hasil akhir.

    Ini adalah kunci utama! Anak kelas 2 SD masih dalam tahap belajar dan mengembangkan pemahaman. Mereka tidak bisa langsung menguasai konsep pembagian dalam sekali duduk. Butuh pengulangan, kesalahan, dan koreksi yang sabar.

    Jangan terpancing emosi jika anak belum paham-paham. Rayakan setiap kemajuan kecil, misalnya saat ia berhasil membagi benda konkret, atau saat ia mencoba menyelesaikan soal meskipun jawabannya belum tepat. Pujian atas usaha akan jauh lebih berharga daripada hanya memuji hasil yang benar.
  4. Bagi Peran: Ayah dan Bunda bisa bergantian mendampingi. Saling dukung dan jangan saling menyalahkan.

    Mengajar anak itu butuh energi dan kesabaran ekstra. Jangan biarkan hanya satu pihak yang menanggung beban ini.

    Diskusikan dengan pasangan, siapa yang memiliki waktu dan energi lebih di hari itu. Mungkin Ayah lebih cocok untuk menjelaskan konsep secara logis, sementara Bunda lebih sabar dalam mengulang-ulang latihan.

    Saling dukung dan pahami bahwa ini adalah tanggung jawab bersama. Jika salah satu sedang lelah, yang lain bisa mengambil alih. Hindari saling menyalahkan jika anak kesulitan.
  5. Ciptakan Suasana Positif: Beri pujian tulus atau berikan hadiah meskipun sekadar kecupan manis, dan buat belajar jadi menyenangkan.

    Suasana belajar yang positif akan membuat anak betah dan tidak takut mencoba.

    Jauhkan segala bentuk omelan atau bentakan. Berikan pujian yang tulus atas setiap usaha anak, sekecil apapun itu. “Wah, Bagus Nak, Semangat terus untuk mencoba!” atau “Hebat, Kamu berhasil mencoba!”

    Hadiah tidak harus berupa barang mahal; kecupan manis, pelukan hangat, atau waktu bermain ekstra bisa jadi motivasi yang ampuh. Buat belajar jadi petualangan, bukan beban.
  6. Jangan Bandingkan: Setiap anak punya kecepatan belajar yang berbeda. Fokus pada perkembangan si kecil sendiri.

    Ini seringkali jadi jebakan bagi orang tua. Melihat anak teman sudah lancar pembagian, sementara si kecil masih kesulitan, bisa memicu rasa cemas dan keinginan untuk membandingkan.
    Stop! Setiap anak adalah individu unik dengan kecepatan dan gaya belajar yang berbeda.

    Fokuslah pada perkembangan anak Anda sendiri. Yang terpenting adalah ia terus belajar dan memahami konsep, bukan seberapa cepat ia mencapai target tertentu dibandingkan teman-temannya.
  7. Cari Bantuan: Kalau memang mentok, jangan ragu cari video edukasi yang menarik, buku panduan, atau les tambahan.

    Tidak ada salahnya mengakui bahwa kita butuh bantuan. Jika Ayah Bunda sudah mencoba berbagai cara tapi anak masih kesulitan, jangan ragu untuk mencari sumber daya tambahan.
aplikasi sederhana dasar pembagian dengan pengurangan untuk anak sekolah dasar

Mendampingi anak belajar pembagian memang tantangan. Tapi, dengan pemahaman dan strategi yang tepat, momen ini bisa jadi kesempatan emas untuk mempererat bonding dan melihat si kecil tumbuh jadi pribadi yang mandiri. Semangat, Ayah Bunda!

Bagaimana pengalaman Ayah Bunda sendiri? Yuk, berbagi cerita dan tips di kolom komentar!

X

Belajar Pembagian

Bantuan Pengurangan
X

Pengaturan

X

Rekap

SoalWaktu PenyelesaianJml Kesalahan

Share

Post Your Comment Here

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *